Tahun 1990, keong mas ramai
diberitakan menyerang padi. Luas penyebarannya pun terus meningkat. Hingga
tahun 2004, luas serangan telah mencapai lebih dari 16.000 hektar di seluruh
Indonesia. Melihat begitu luasnya areal tanam yang diserang, menurut Hendarsih Suharto, peneliti hama dan penyakit dari
Balai Besar Penelitian Padi (BBP Padi), keong mas pun bisa dikategorikan sebagai hama
utama. “Sebab luas serangannya lebih luas dari rata-rata serangan tungro
dan blast,” ungkap Hendarsih kepada wartawan Agrotek beberapa waktu lalu.
Mimpi buruk karena serangan
hama keong mas pernah dialami oleh petani di Margorejo dan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah,
serta beberapa daerah di Propinsi Banten. Menurut data yang dimiliki Departemen
Pertanian, memang
keong mas berpotensi untuk menyerang persawahan di hampir semua pulau di
Indonesia. Daerah yang sering terserang adalah Sumatera Utara, Jambi, Lampung,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bahkan
akhir-akhir ini penyebarannya semakin luas, dengan dirambahnya wilayah
Kalimantan dan Sulawesi.
Menurut Hendarsih, keong mas
mempunyai kebiasaan memakan berbagai tanaman yang lunak termasuk padi yang
masih muda. Biasanya keong mas memarut pangkal batang yang berada dibawah air
dengan lidahnya hingga patah, kemudian patahan tanaman yang rebah
tersebut dimakan. Bila populasi keong mas tinggi dan air selalu
tergenang, bisa mengakibatkan rumpun padi mati, sehingga petani harus
menyulam atau menanam ulang.
Saat ini pengendalian yang sering
dilakukan petani adalah dengan mengambil keong kemudian dimusnahkan. Namun
karena para petani melakukan pengambilannya kurang intensif, populasi keong mas pun terus meningkat.
Penggunaan pestisida anorganik
sebenarnya diharapkan bisa membantu petani dalam pengendalian keong emas. Namun
Hendarsih mengungkapkan bahwa di Indonesia, pestisida anorganik untuk keong mas
hingga kini belum ada yang ampuh untuk mengendalikan keong mas. Bahkan
menurutnya belum ada pestisida jenis tersebut yang terdaftar. Jadi tidak
disarankan untuk menggunakan pestisida anorganik untuk keong mas.
Untuk menghilangkan mimpi buruk
petani karena masalah ini, Hendarsih menyarankan penggunaan bahan nabati untuk
dijadikan pestisida alternatif dalam mengendalikan keong mas. Saran ini
didasari penelitian dan pengujian lebih dalam yang dilakukannya bersama
rekan-rekannya.
Hasilnya, beberapa bahan nabati
pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk keong mas. Saponin, rerak, pinang, tembakau dan daun sembung
cukup efektif sebagai moluskisida nabati. Penggunaan bahan nabati
dianjurkan Hendarsih dilakukan sebelum tanam, karena pada saat itu keong akan
terganggu daya makannya, sehingga kurang merusak padi yang baru tanam.
Mengenal Bahan Nabati
Ada beberapa pilihan yang baik untuk diterapkan dalam persawahan yang bersistem mina padi, dimana petani selain menanam padi juga memelihara ikan. Pilihan tersebut antara lain saponin dan rerak.
Ada beberapa pilihan yang baik untuk diterapkan dalam persawahan yang bersistem mina padi, dimana petani selain menanam padi juga memelihara ikan. Pilihan tersebut antara lain saponin dan rerak.
Saponin merupakan ampas dari pembuatan minyak biji teh yang
banyak dipakai oleh pengelola tambak untuk membunuh ikan liar. Kandungan bahan kimianya mengandung
saponin 12%, dan banyak digunakan oleh petani Pantura Jawa Barat. Rerak, atau
sebagian orang menyebutnya Lerak, merupakan tanaman lokal yang biasanya diambil
kulit bijinya dan dipakai untuk mencuci pakaian maupun sebagai shampoo.
Kandungan saponin dalam buah rerak ternyata cukup tinggi, sehingga dapat
merusak pakaian dan merontokan rambut. Kandungan racun dari biji rerak juga
berpotensi sebagai pestisida.
“Sebaiknya
penggunaan pestisida yang terbuat dari rerak dan saponin ini jangan ditebar
begitu saja di areal persawahan, karena akan memakan biaya yang besar. Jadi
sebaiknya ditebar dititik-titik persawahan yang jelas ada keong emasnya,”
katanya.
Dalam uji efektivitas yang
dilakukan Hendarsih disebutkan bahwa biji teh (Camellia spp)
dapat membunuh keong pada konsentrasi 0,1 gram/liter. Sedangkan untuk limbah
teh dibutuhkan 10 gram/liter agar dapat membunuh keong mas, dan bekerja lebih
lambat dibandingkan dengan biji teh. Adapun daya kerja gadung
basah terbukti lambat, baru pada 72 JSA dengan konsentrasi 15 sampai 25
gram/liter bisa membuat keong mati, dengan tingkat efektivitas antara 98 sampai
dengan 100%.
Dengan rerak, selain efektif
membasmi keong mas, juga tidak beracun terhadap siput lokal dan ikan mas.
Aplikasi di sawah sangat ramah lingkungan, sehingga dapat dipakai untuk daerah
mina padi. Sosialisasi manfaat rerak dapat melestarikan pohon rerak dan berguna
untuk penghijauan. Hasil di lapangan juga menunjukkan hanya
saponin (produksi Taiwan) dan buah rerak (Sapindicus rarak) yang dapat
mengurangi tingkat serangan keong mas dan tingkat keefektifannya
tidak berbeda dengan moluskisida sintetis niklosamida.
Sumber berita : Elfa Hermawan, Majalah
Agrotek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar